Juli 23, 2025
IMG-20250719-WA0109

Oleh: Yusman Arifin, SH

Halsel, DauriNetTv.com – Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan tidak hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga sarat dengan nilai sejarah, budaya, dan peradaban lokal yang masih terjaga. Dua pulau yang memiliki peran penting dalam perjalanan identitas tersebut adalah Pulau Makian dan Pulau Kayoa. Dalam perspektif sejarah dan budaya Maluku Utara, keduanya dikenal dengan istilah yang menyatukan: Makayoa.

Makayoa bukan hanya kombinasi dua nama wilayah, melainkan representasi dari persaudaraan tua, relasi sosial harmonis, dan nilai gotong royong yang terbentuk secara turun-temurun antara masyarakat Pulau Makian dan Kayoa. Dalam banyak literatur sejarah lisan, Makayoa merupakan simbol dari keterikatan batin yang menjembatani dua identitas yang sesungguhnya tak bisa dipisahkan.

Namun dalam dinamika pemerintahan dan pembangunan saat ini, relasi antara Makian dan Kayoa seolah berjalan dalam lintasan masing-masing. Padahal, keduanya memiliki potensi luar biasa untuk saling menopang dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik lokal. Pemerintah daerah, terutama di tingkat kabupaten, belum secara serius mengangkat potensi besar Makayoa sebagai wilayah kultural strategis yang bisa menjadi pusat pertumbuhan kawasan selatan Halmahera.

Pulau Makian, dengan sejarah agraria dan nilai adatnya yang kuat, serta Kayoa dengan basis maritim dan kekayaan bahari yang luar biasa, adalah dua kekuatan yang jika disinergikan, akan menciptakan basis ekonomi dan kemandirian masyarakat yang berkelanjutan. Belum lagi jika dimasukkan dalam kerangka wisata sejarah dan budaya, Makayoa sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi kawasan identitas lokal berbasis ekonomi rakyat.

Selain itu, pendekatan kebijakan pemerintah daerah juga perlu mengedepankan prinsip Makayoa dalam pembangunan: saling memperkuat antarwilayah, menyetarakan pembangunan antar-pulau, serta merawat ikatan emosional dan budaya antar masyarakat. Bukan hanya dengan pendekatan proyek infrastruktur, tetapi juga melalui pendidikan, pelestarian budaya, dan penguatan kelembagaan adat.

Sebagai bagian dari masyarakat yang lahir dan besar dalam kultur Makayoa, saya memandang bahwa masa depan Halmahera Selatan tidak bisa dipisahkan dari penguatan wilayah-wilayah adat seperti Makian dan Kayoa. Di tengah tantangan modernisasi dan ketimpangan pembangunan antarwilayah, semangat Makayoa harus dihidupkan kembali, bukan sebagai nostalgia, tetapi sebagai pijakan masa depan.

Masyarakat Makian dan Kayoa hari ini memerlukan kehadiran negara yang hadir dalam keadilan dan keberpihakan. Infrastruktur harus merata, pelayanan publik harus adil, dan kesempatan ekonomi harus dibuka luas tanpa memandang posisi geopolitik. Jangan sampai nama besar Makayoa hanya menjadi simbol dalam peta administratif, namun kehilangan ruhnya dalam kenyataan sosial.

Oleh karena itu, saya mengajak semua pihak—pemerintah, tokoh adat, akademisi, dan generasi muda—untuk bersama-sama mendefinisikan ulang Makayoa sebagai strategi pembangunan kultural, sekaligus pilar kebangkitan kawasan selatan Halmahera. Kita harus menegaskan bahwa Makayoa bukan sekadar bagian dari masa lalu, tetapi harapan nyata untuk masa depan yang lebih adil dan bermartabat.

Catatan Redaksi:
Yusman Arifin, SH adalah praktisi hukum, pemerhati sosial-budaya, dan penggiat media di Maluku Utara. Saat ini aktif mengangkat isu-isu lokal dalam perspektif pembangunan berbasis kearifan budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *